Rubik (Versi Lama)

 Ditulisan kali ini aku akan membagian perjalananku untuk bisa menyelesaikan rubik. Ya, walau ngak secepet Speed Cuber diluar sana. Se-enggaknya aku bisa menyelesaikanya.

Semua ini berawal dari keinginanku menyelesaikan Rubikku yg berantakan. Beberapa tahun lalu, saat aku ada sisa uang dari THR (Tunjangan Hari Raya). Aku berpikir untuk membeli rubik saat itu. Singkat cerita, aku beli rubik yg harganya sekitar 20-30k di Borobudur Market (BORMA) yg paling dekat dengan rumah.

Saat itu aku tak bisa menyelesaikan rubik, aku hanya ingin mengoleksinya dan berharap suatu saat aku bisa memainkanya. Seperti orang awam yg tidak bisa menyelesaikan rubik pada umumnya, saya selalu membentuk pola bunga pada rubik.

Yang atas, bagian bawah abaikan.

Hal itu bertujuan untuk mudah di kembalikan seperti semula. Tetapi keawetan Rubik itu tak bertahan lama. Rubik itu aku pinjamkan ke adikku, aku berpesan kepadanya agar tidak diacak. Dia meminjamnya karena aku akan ke Warung saat itu. Sepulangnya aku dari Warung, aku menghampiri adikku dan meminta rubiknya dikembalikan.

Dan yg aku lihat bukan Rubik, yg 15 menit aku pertahankan tidak acak. Rubik yg akan aku jaga tidak teracak selama beberapa tahun sampai aku bisa menyelsaikanya. Yang aku lihat, hanya satu buah rubik yg keadaanya teracak. Aku marah, kesal, ingin sekali melempar rubik itu. Tapi sayang, uang THR-ku sudah aku tukar dengna rubik itu.

Aku marahi adiku itu, aku kesal. Karena dia tidak medengarkan pesanku sebelum aku pergi dari Rumah. Aku lupa bagaiman aku marahnya, tapi yg pasti setelah aku menulisa ini aku jadi ingat seberapa kesalnya aku saat itu.

Karena dikeluargaku tidak ada yg bisa menyelesaikanya, aku simpan rubik itu. Sampai aku pindah rumah, saat aku pindah rumah aku melihat lagi rubik itu. aku memainkanya, aku memainkanya tapi bukan untuk diselesaikan. Melainkan saat itu aku bosan.

Aku bosan, aku diam di ruang tamu, menatap tembok sambil memainkan Rubik yg tak tau arak tujuan untuk menyelsaikanya. Aku melamun, memikirkan banyak hal. Mengkritik keras diri sendiri, yg sebenarnya itu tidak baik. Diam, dalam sepi. Ingin rasanya ada yg memiliki. Tapi sayang, aku tak bisa untuk Pacaran.

Tiba tiba, Salah satu diantara 2 kakak perempuanku duduk disebelahku dan meminjam rubik itu. Katanya dia bisa menyelesaikan satu warna, dia bertanya kepadaku mau warna apa yg diselesaikan. Setelah itu dia mengeksekusi rubik itu, dan BOOM jadi lah warna ya aku pesan. Aku kaget saat itu, dan aku memintanya untuk mengajariku bagaimana caranya.


2 Tahun berlalu, aku baru pindah dari pesantren. Aku melihat kembali rubik itu setelah 2 tahun menghilang entah kemana. Karena aku gak ada kerjaan waktu itu, aku berpikir untuk belajar rubik dari Youtube. Pas banget laptop ngak ada yg pake. Setelah beberapa vidio aku telusuri, akhirnya aku menemukan satu vidio panjang yg dibagi menjadi 5 part dalam menyelesaikan rubik.

Panjang emang, tapi ini lebih baik dari pada beberapa vidio 'Tutorial rubik bagi pemula' lainya. Vidio yg aku gunakan untuk belajar adalah vidio milik Chanel Youtube Balam Cubes. Seperti yg sudah disebutkan, di chanel ini vidio tutorialnya dibagi menjadi 5 Part. Part pertama cara membuat Cross, Part 2 menyelesaikan layer pertama, Part 3 menyelesaikan layer kedua, part 4 menyelesaikan bagian atas, dan Part 5 Akhir dari tutorial atau Menyelesaikan layer terakhir.

Aku belajar selama 2 bulan, aku mengigat rumus rumusnya, posisi-posisinya. Dan sebagainya. Saat itu juga untuk kedua kalinya aku melihat rubikku, yg asalnya ke acak menjadi rapi. Aku senang, saat itu aku menyelesaikanya dalam waktu 5-7 menit, itu juga masih liat rumus rumus yg aku tulis. seiring perjalanan waktu, aku berhasil menembus 2 menit. Sebuah kebanggan bagiku karena aku bisa menyelesaikanya lebih cepat dari sebelumnya.


Saat ini, aku sedang belajar untuk lebih cepat menyelesaikanya. Saat ini rekor menyelesaikan tercepatku adalah 49 detik. Dan rata rata penyelesaian adalah 1 menit 15 detik. Aku sempat 2 tahun ngak main rubik karena rubik yg dulu itu rusak. Selama 2 tahun itu, ketika ada yg punya rubik. Pasti aku pinjam.

Ya, sekian cerita kali ini. Sampai jumpa di tulisaku berikutnya

Komentar

Rekomendasi untuk kamu baca

Semester 1

Mencium Pipi