Aku Matahari

Malam itu, aku berjalan melewati lapangan luas. Malam itu terasa sangat dingin, entah apa yang aku cari. Aku mencari suasana tenang dimalam itu, mencari kesejukan dari kepanasan batinku. Aku hanya berjalan, langkah demi langkah. Menyusuri desa desa, melihat kanan dan kiri. Hanya ada suara suara kecil berbisik. 

Malam itu, malam yang damai bagi diriku yang kacau. Malam itu, menjadikan malam spesial bagi diriku. Aku selalu penarasan, jika dibawah sini yang membuat cahaya adalah manusia itu sendiri. Diatas sana, siapa yang menyinari?

Aku palingkan wajahku dari tanah, menengok keatas. Melihat indahnya bulan, indahnya setengah dari cahaya bulan. Aku teringat kembali, mata pelajaran IPA semasa aku sekolah dulu. Aku teringat, bahwasanya bulan mendapatkan cahaya itu dari matahari yang menyinarinya. 

Bulan begitu indah dimataku, ingin rasanya aku melihat dia semalaman, sambil berbaring di tengah lapangan luas, mendengarkan bisikan bisikan orang dimalam hari, suara hewan nokturnal, ditemani angin sepoi-sepoi. Nikmat seperitnya

Matahari, Bulan dan Bumi. Cinta segitiga antar planet di semesta ini. Matahari menyinari Bumi sebagai sahabat karibnya, dan menyinari Bulan sebagai sosok yang dicintainya. Bumi mendapatkan manfaat dari sinar matahari, juga mendapatkan kecantikan Bulan. 

Di banding Matahari, bulan lebih nyaman di lihat. Dibanding bulan, matahari nyaman bagi kita. Apa yang akan terjadi jika bumi tak memiliki matahari dan bulan?

Komentar

Posting Komentar

Rekomendasi untuk kamu baca

Semester 1

Mencium Pipi