Pergi?

    Berbaring di tengah luasnya hamparan rumput, sore hari di jepang. Menatap langit biru, dan gumpalan gumpalan awan bersamanya. Melihat dan menerka nerka bentuk dari setiap gumpalan awan, bebek, burung, ayam dan uang. 

    Hanya aku sendiri, berbaring di luasnya hamparan rumput hijau. Hanya aku dan diriku. Hanya aku dan kesendirianku. Menatap langit menjadi sebuah kebiasaan, dari melupakan sejenak apa yang telah terjadi. Menebak bentuk menjadi pelarian dari semua pikiran. 

    Langit biru begitu membuatku segar, angin yang datang dari timur menghembuskan rerumputan. Anginya membuatku nyaman berbaring. Lupakanku akan segala galanya. 

"OIIIIII" Teriak seseorang. 

 Aku terbangun dari ketidak sadaranku saat itu, sudah cukup aku rasa melupakan semua jenuhku di rumah. Saatnya pulang, pikirku...

"OIIII" Teriaknya lagi. 

Meregangkan badan, sambil membalasnya "IYA, ADA APA!?" Teriakku. 

    Seseorang di pinggir jalan itu, nampaknya tak asing bagiku. Seseorang yang dekat denganku dari 5 tahun terakhir. Aku menghampirinya, menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi disana. Hamparan rumput hijau. 

    Kami, berjalan menuju tempat kami tinggal. Berbincang-bincang akan banyak hal, berbincang apa yang akan kami lakukan setelah lulus nanti. Berbincang keadaan kota saat ini. 

"Aku sudah mengatakanya" Katanya secara tiba tiba. "Lalu apa jawabnya?" Aku bertanya.

"Maaf, tapi...." dia berhenti sebentar, langkah kami terpisah 4 meter. Suasana riang tadi, tiba tiba menghilang. Hembusan angin semakin kencang, dedaunan berterbangan. Kami saling diam dan menatap selama hampir 1 menit. 

    Tatapan yang aneh bagiku, sudah lama aku tak melihat tatapan itu darinya. Aku memberikan tatapan penasaran, penasaran atas maaf yang dia berikan. 

    "Maafkan aku, teman. Tapi, kami sekarang memiliki hubungan. Lebih dari sekedar teman" 

    Manahan kesedihan, mengingatkanku pada kejadianku di masalalu. "Tak apa, kamu pantas buatnya" jawabku. Suasana semakin suram, ketika kami sampai di tempat kami tinggal. Semua terasa berbeda, aku menatap ruanganku yang kosong. 

    Mataku tertuju pada kasur itu, kasur putih kesayanganku. Aku bergegas berbaring, dan ingin melupakan kesedihan hari ini. Lalu, untuk apa aku pergi?

Komentar

Rekomendasi untuk kamu baca

Semester 1

Mencium Pipi