Abstrak
Perasaan mengganjal dalam dada yang
ketika di ungkapkan memiliki resiko untuk kehilangan. Maka dari itu, ketika diungkapkan
dibutuhkan waktu dan kesempatan yang tepat agar presentase kehilangan itu menurun.
Perasaan mengebu gebu ingin
memiliki seseorang yang selalu ada dikala susah, sedih ataupun senang. Berbagi
cerita, dan tawa. Juga menerima diri apa adanya. Perasaan yang sulit
digambarkan hanya dengan lewat kata kata saja.
Cinta. Tak butuh waktu lama untuk
bisa menyimpulkan 2 paragraf diatas. Ya, pembahasan pada malam hari ini adalah cinta.
Sebuah pengalaman yang aku rasa semua orang di fase remaja ini mengalaminya.
Seminimal mungkin ada timbul rasa penasaran pada seseorang yang dikagumi.
Dulu sempat, aku membahas dan memberikan
opiniku tentang cinta ini. Namun saat itu lebih berfokus pada Pacaran dan
pengalaman singkatku di taksir adik kelas untuk pertama kalinya. Untuk info
selengkapnya, silahkan cari di Blog ini judulnya “Pacaran”.
3 kali patah hati, dalam 3 fase
yang berbeda. Ketika SD, aku melihat sendiri gebetan aku di tembak di taman
komplek rumah. 3 Tahun kemudian, kelas 9 SMP. Aku melihat secara langsung
prosesi penembakan akbar yang disakskan seluruh murid yang tempatnya berada di
kelasku sendiri. Tak selang lama, patah hati terbesar terjadi. Sampai sampai
diri ini lemas 3 hari 3 malam.
Terlalu lebay sih. Tapi dari 3
kejadian besar itu aku jadi mempertanyakan perasaanku sendiri. Dan
membandingkan perasaanku dengan teman temanku yang lain. Di 2 kejadian awal,
aku tidak merasakan sakit sama sekali. Dan cenderung kesal kenapa aku tidak
bisa mendapatkannya.
Beberapa hari setelah gebetanku
memiliki komitmen, aku memtuskan untuk mengungkapkan perasaanku. Namun apa yang
ku dapatkan? Biasa saja dan cenderung hampa seperti tidak ada apa. Tak ada yang
aku rasakan. Semua rasa sakit itu seketika hilang.
Aku memikirkan perasaanku sendiri
sejak saat itu. Dan membandingkan pada teman dekatku sendiri. Aku heran,
mengapa ada saja orang yang tau dengan jelas harapan bersama Crushnya ngak ada.
Tapi tetap saja mereka masih menyimpan rasa. Sedangkan aku, perasaanku begitu
cepat menghilang. Sampai aku memiliki kesimpulan sendiri, bahwa perasaanku
adalah salah satu bentuk keegoisanku semata.
Akhirnya aku memutuskan untuk
bertanya pada temanku yang setia pada perasaannya. Dia berkata, bahwa perasaan
itu memiliki tahapan sampai akhirnya berada ditahap mencintai. “Perasaan yang
sulit dijawab dengan pertanyaan sesederhana ‘kenapa kamu memilih dia?’ itu
adalah cinta” jelasnya dengan percaya diri. Aku mengiyakan.
“Misalnya, kenapa kamu masih mau pakai tas
ini?” dia bertanya padaku, sambil menunjuk tas usang yang ayahku wariskan
padaku. “Karena udah lama dipake” jawabku singkat. “Ya itu jawabannya” aku
merenungi jawaban singkatku itu.
“Baik itu kebutuhan semua orang,
kalau cantik atau cakep? Itu semua orang juga ngeliat. Tapi ada satu hal yang
hanya bisa dilihat sama perasaan kita. Dan kita ngak bisa mendeskripsikan hal
itu” tambahnya dengan penuh percaya diri.
Inti yang bisa aku ambil dari percakapan singkatku itu kira kira seperti ini. Cinta adalah suatu fenomena yang tidak bisa menjawab
pertanyaan simple “mengapa kamu memilih dia”. Karena pada dasarnya, cinta itu
adalah perasaan abstrak yang sulit diterjemahkan.
Apa pendapatmu tentang persaan abstrak ini?
Komentar
Posting Komentar