Instagram


Cerita unik dibalik aplikasi Sosial Media yang dulunya fokus pada postingan Foto dan Vidio pendek ini. Karena sekarang sudah merembet ke Video, karena ikutan trend Tiktok dan vidio yang lbh panjang. (Tiktok merubah segelanya, bahkan yt pun ada ytshorts)

Tahun 2017, saat aku masih dibangku kelas 7 SMP. Di kala seorang pemuda tak tau diri ini meminjan hp temannya. Kemudian menghabiskan Kuota temannya yang baru saja dibeli hari itu. Hanya untuk scroll instagram 2 jam.

        Di sore yang melelahkan, dikala matahari sudah turun dari takhtanya. Ini waktunya pulang. Seperti biasa, anak muda tidak pulang begitu saja. Mereka berkumpul ditengah lapang untuk melepaskan penatnya. Ada yang bermain Game, Bermain bola, dan juga diam melihat semua aktifitas itu.

        Aku hanya duduk ditangga dekat lapang. Sudah menjadi kebiasaanku tak ikut aktifitas sore itu. Karena terlalu lelah untuk melakukan hal lainnya lagi. Lebih baik diam, merenungi dan melihat aktifitas teman temanku yang lain.

                Hari ini berbeda. Aku baru saja membuat akun Instagram. Aroma bau bawang sudah mulai tercium. Inisiatifku bangkit, karena aku tak punya Hp saat itu. Aku meminjam hp temanku. Niatku sih baik (untuk diri sendiri). Yaitu memuaskan hasrat membuka instagram.

        Temanku yang sibuk main bola, dengan terengah engah memberikan hpnya. Mungkin sekalian menitipkan Hpny pada diri ini. Atau mungkin kasian melihat dirinya culun ditambah diam seperti tak punya teman. Tapi apapun itu niatnya, terimakasih karena kamu telah memenuhi hasrat masa mudaku.

         2 jam berlalu begitu cepat. Matahari makin menukik tajam kebawah, tanda maghrib hampir tiba. Semua mulai kelelahan, tapi wajahnya begitu senang. Aku hanya berbaring diantara hamparan lantai. Melihat begitu banyak postingan tentang Sword art Online. (aroma wibunya keresa)

        Aku menyadari satu hal, tak ada postingan baru yang bisa aku lihat lagi diberanda. Postingannya berhenti. Hanya ada ikon lingkaran yang memutar. Temanku menghampiriku, dan melihat aku yang sedang kebingungan. Dia langsung merebut hpnya, sambil terengah engah.

          Dia berkata, Kuotanya sudah habis. Aku hanya bisa bereaksi ‘oh’. Aku tak paham mengenai kuota, hp saja tidak punya saat itu. Dibalik kepolosanku, terdapat panik yang diterima temanku. Sepertinya dia tidak bisa pulang naik Ojek online hari ini:)

         Dia sedikit kesal denganku, dan menjelaskan tentang apa itu kuota. Dan dari situ aku menyimpulkan satu hal Instagram dan Youtube adlaah 2 aplikasi monster pemakan kuota. Dia juga menyampaikan bahwa kuotanya baru dibeli pagi ini sebanyak 2gb.” Wow, kayakny banyak sih” pikirku pendek saat itu.

         Lalu apa yang pemuda polos dan tolol ini lakukan? Ya betul, melakukan hal normal bagi semua orang yang melakukan kesalahan. “Maaf ya” hanya itu yang terlintas. Dia hanya menganguk sedikit kesal. Aku sedikit panik, apakah habis ini dia masih mau berteman denganku?

         Matahari semakin menukik kebawah, saatnya pulang. Suasana sekolah semakin sepi. Hanya ada aku dan teman teman sekelasku saja. Kami pergi keluar area sekolah. Masing masing menunggu jemputannya sendiri, ada yang langsung pulang jalan, ada yang menunggu semua pulang (itu aku).

          Ya, kayaknya hari ini pulangnya dicariin lagi. Tapi sudah biasa sih, setiap hari juga gini. Pulang mepet magrib. Maafkan aku semuanya. Aku memang bandel. Kataku dalam hati yg ketakutan sambil jalan menuju bangunan bernama ‘yayasan’.

          10 menit kemudian. “Zharfan dari mana aja?” ucap seniorku disana. “Biasa A, main dulu” kataku dengan nada yang pelan sambil membuka sepatu. “Jangan dibiasain” ucap seorang lain dibelakangku. Ketika aku menoleh, jantungku berdegub lebih cepat 2 kali. Itu pengurus yayasan. Aku hanya bisa diam, dan menunggu diomelinya.

          Hari itu aku dapatkan 2 omelan. Dan dua duanya kesalahanku. Walau satunya sudah menjadi makanan sehari hari. Beberapa tahun kemudian, aku menyadari bahwa instagram menjadi ajang ‘pamer’ bagi semua orang.

          Dan alasan tersebutlah yang membuat aku sempat menghapus dan tak membuka instagram dalam waktu 2 tahun. Tapi belakangan ini aku mulai menyadari bahwa sejatinya, yang kita posting dan lihat di media sosial itu semua “palsu” atau versi terbaik dari yang kita punya.

          Jadi sedikit sedikit aku mulai mengurangi rasa iri dan denki itu ketika melihat kebahagiaan orang di IG. Walau kadang masih ada rasa kesal, tapi yaudah si. Aku tinggal posting apa yang aku mau. Pada intinya, semua orang berhak bahagia termasuk kamu yang baca ini.

Komentar

Rekomendasi untuk kamu baca

Semester 1

Mencium Pipi