April (fools)
Matamu indah, senyumanmu menawan, cara tidurmu buatku terpana dengan keindahanmu. Bunga yang jatuh tepat diatas hidungmu,memberikan kesan kaulah yang terindah. Disini aku hanya diam, memandangimu dan menjaga agar tidurmu tetap terjaga
Kita sedang berada di rooftop Mall. Dari awal, kamu yang mengajakku kesini
bilang bahwa ada yang ingin kamu sampaikan. Lalu kamu bercerita dengan semangat,
tentang semua keberhasilanmu, tentang semua rintangan yang telah kamu miliki. Aku
hanya bisa tersenyum senang. Kini, kamu terlelap diatas meja.
Hanya tersisa kita berdua disini, disore yang cukup
menenangkan. Ditemani sinar matahari sore yang begitu menghangatkan. Aku
memandangi sendiri matahari termenam diufuk barat. Pemandangan yang ingin kamu
lihat, namun sayang kamu tertidur lelap.
***
Aku jadi teringat, pertama kali kita berjumpa. Di Lorong sekolah
beberapa tahun lalu, kamu membawa tumpukan buku yang membuat pandanganmu
terhalang. Aku yang sedang berjalan santai, berhenti sejenak melihat
pemandangan awan yang indah. Bruk. Kamu menabrakku . Itu membuat tumpukan
bukumu terjatuh.
Dengan panik, kamu meminta maaf sambil membereskan tumpukan
bukunya. Aku hanya bisa diam, dan memproses kejadian itu dikepalaku. Selang
beberapa menit, aku baru menyadari harusny aku membantumu membereskan buku buku
itu. Bodohnya aku.
Sebagai permintaan maaf, aku menawarkan diri untuk
membawakan sebagian besar buku itu dan mengantarkanmu. Katamu, buku ini akan
dikembalikan ke perpustakaan. Aku terdiam lagi, membayangkan betapa jauh dan
lelahnya jika aku harus berjalan kaki ke perpustakaan, yang jaraknya cukup jauh
"Kalau kamu keberatan ga usah!" Katamu tegas,
melihatku yang hanga diam sambil menelan ludah sendiri. Aku kembali tersadar,
apa yang aku mulai aku harus selesaikan. Akhirnya dengan susah berat hati aku
mengangkut sebagain besar buku ini ke depan perpustakaan.
"Terimakasih ya" ucapmu lembut, berbeda sekali
dengan sebelumnya Aku hanya bisa diam,
dan sedikit mengangguk. Entah apa yang terjadi padaku hari ini. Aku hanya bisa diam
sepanjang perjalanan kesini.
2 Minggu kemudian, aku mampir ke perpustakaan. Aku lelah
dengan semua TryOut yang telah aku kerjakan. Semua temanku sudah pulang, tapi
aku masih tetap ingin disekolah. Akhirnya aku memutuskan kesini, perpustakaan.
Satu satunya tempat yang belum pernah aku kunjungi.
Aku terpana dengan
suasana perpustakaan yang sangat hening dan tenang. Ditambah ruangan yang sejuk. Aku tak begitu suka membaca, Bahasa Indonesia adalah
salah satu mata pelajaran ketika Tryout yang paling menyebalkan. Faktanya,
terdapat banyak sekali teks yang aku harus baca. Pusing, waktunya jadi terbuang.
Dipojok ruang, aku melihat kamu yang sedang membaca buku
dengan serius. Aku tak mungkin lupa dengan seorang gadis yang telah memberikan
senyuman padaku, yang buat hariku tak tentu sepanjang hari.
Niatku seketika berubah, dengan acak aku membawa satu novel
dari tumpukan novel yang belum tersusun.Aku beranikan diri untuk mendekatimu. Aku
duduk tak jauh dari posisi bangkumu. Yang penting, aku bisa melihatmu.
Aku meletakkan buku novel itu diatas meja, dan yang aku
lakukan hanyalah menatapmu dengan serius. Fokusmu hancur, matamu tidak lagi
melihat kearah buku. Kamu melihat kearah sekeliling, yang pada akhirnya jatuh
pada tatapanku.
Dengan segera aku mengambil buku novelku. Aku buka novel itu,
aku bulak balik halamannya dengan lagak yang panik. Mungkin ini salahku,
melihatmu 2 menit tanpa henti. Orang mana yang ngak risih dengan tatapan
setajam itu.
Pada akhirnya, aku mencoba membaca novel ini. “Rantau 1 Muara”,
aku tenggelam dalam ceritanya. Aku menghayati setiap bab. Walau sebenarnya, aku
tak begitu paham apa yang sedang dialami karakter tersebut. Semakin lama aku membaca,
semakin mataku terasa berat. Aku menaruh novel ini di depanku. Dan aku
berbaring diatas meja. Aku tertidur tanpa sadar.
Tidurku pulas, entah berapa lama aku tertidur. Aku terbangun
karena petugas perpustakaan akan meninggalkan perpustakaan ini. Aku bangkit
dari tidurku, melihat sekeliling. Dan kamu masih disini. Tetapi, kamu sudah
berada tepat disampingku. Membaca novel yang ku baca.
“Kamu suka novel juga?” tanyamu singkat.
Aku hanya terdiam, mengeleng kepala. Mataku masih buram,
ingatanku masih samar samar. Aku perlu mengumpulkan tenaga untuk memproses
informasi besar ini. 3 menit ruangan hening, kamu masih menunggu jawabanku.
Penjaga itu kembali padaku, meminta kamu dan aku untuk
segera meninggalkan perpusatakaan. Aku mengajakmu segera keluar. Dan berbincang
didepan perpustakaan.
“Ngak sih, tapi Cuma iseng aja baca. Dan ternyata seru”
jawabku sembari memakai sepatu. “Kamu udah baca sampai bab berapa tadi?” tanyaku.
Dari sana, kita membahas cerita buku tersebut. Dan aku diberikan banyak spoiler
dari kisah Alif dan Dinara. Aku terkagum kagum dengan perkembangan Alif pada novel itu. Sejak saat itu, kita jadi
sering bertemu di perpustakaan.
***
“Sekarang jam berapa?” dengan wajah yang lemas, baru bangun
tidur.
“Udah sore, ayo pulang” jawabku sambil membawa tas di meja
tanpa mempedulikan wajahmu yang masih lemas.
Kamu protes, katamu tunggu dulu. Kamu butuh mengumpulkan
nyawa untuk berjalan kaki ke parkiran motor. “Kalau bisa lo bawain motornya
kesini” Mintamu dengan nada yang sedikit sebal.
“Lo pikir motor gue bisa terbang?” jawabku yang tak kalah
sebal dengan permintaan aneh mu itu.
Akhirnya, kita diam beberapa menit di rooftop ini. Menikmati
langit yang sudah mulai sore. Kali ini awannya indah. Dan kita melihatnya
bersama. Kita sama sama terpana dengan keindahan itu. Tanpa sadar, tangan kita
saling bersentuh.
Aku kaget, kamu tak kalah kaget. Kita menarik tanganku dari
meja, aku merasa malu sekali. Kenapa bisa hal ini terjadi. Sebenarnya, ada yang
harus aku katakan padamu. Melihat kondisimu sekarnag, sepertinya masih harus
aku simpan. Entah sampai kapan
Ini adalah cerita yang aku tulis untuk kamu, Dinara-ku. Aku tak berani
untuk ungkapkan perasaan yang telah lama terpendam. Pertemuan kita 1 bulan lalu
dirooftop, masih membekas dalam hatiku. Pertemuan pertama kita disekolah,
masih saja berputar dikepalaku.
Kamu adalah seseorang yang selalu ada dikepalaku. Padahal aku
tau, kini kamu sudah dilamar orang lain. Dan kamu sampaikan kabar gembira itu 1 bulan yang
lalu padaku. Cerita yang buat hatiku senang dan hancur disaat yang bersamaan. Jadi ini yang namanya patah hati?
1 April, hari ini. Adalah hari besarmu. Kamu mengundangku
sebagai teman lama. Pada akhirnya, kisah kita tak bisa berakhir seperti Alif
dan Dinara. Kisah kita berakhir seperti Alif dan Rasia. Mungkin inilah
akhirnya, akupun tak tau haruskan kamu membaca cerita ini atau tidak.
Terimakasih, atas segala rasa. Pada hari ini, aku turut
bahagia. Karena aku selalu tau, menyukaimu bukan berarti selalu memilikimu (Terimakasih
– L)
Komentar
Posting Komentar